Pemimpin yang Tak Disebut di Ramadhan: Refleksi atas Kepemimpinan Sejati

0

Oleh: Bambang Irawan

Saat malam Ramadhan tiba, suara Bilal menggema memanggil jamaah untuk menunaikan salat Tarawih. Di antara rakaat-rakaat yang khusyuk, nama-nama pemimpin dunia tak pernah disebut. Tak ada raja, presiden, atau kaisar yang namanya diulang-ulang dalam doa. Yang terdengar hanyalah nama Nabi Muhammad SAW, sosok pemimpin spiritual yang syafaatnya selalu dinanti. Lalu, adakah pemimpin dunia yang layak disebut dalam Tarawih? Ataukah mereka hanya menjadi penguasa sesaat, yang kekuasaannya akan berlalu seiring waktu?

Pemimpin Dunia: Kuasa yang Fana

Di dunia ini, banyak pemimpin yang berkuasa dengan gemilang. Ada raja yang memerintah seumur hidup, menciptakan hukum sesukanya, dan tak mau mengakui kesalahan. Ada presiden yang terpilih melalui demokrasi, mengusung visi “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,” namun sering terjebak dalam pembagian kekuasaan yang rumit. Ada pula kaisar yang kekuasaannya diwariskan turun-temurun, dengan klaim keturunan dewa matahari, namun tak selalu memiliki kekuatan nyata untuk memimpin.

Namun, nama-nama mereka tak pernah disebut dalam Tarawih. Tak ada doa khusus yang dipanjatkan untuk mereka. Mengapa? Karena kekuasaan duniawi bersifat fana. Raja, presiden, atau kaisar mungkin dikenang dalam sejarah, tetapi pengaruh mereka terbatas pada masa hidupnya. Mereka tak mampu memberikan syafaat atau menjadi teladan abadi bagi umat manusia.

Pemimpin Idaman: Teladan dari Masa Lalu

Lalu, siapa pemimpin yang layak disebut dalam Tarawih? Jawabannya ada pada sosok-sosok yang telah membuktikan integritas, keadilan, dan ketakwaannya. Mereka adalah para pemimpin yang tak hanya memimpin dengan kekuasaan, tetapi juga dengan keteladanan spiritual. Mereka adalah Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

  • Abu Bakar Ash-Shiddiq, pemimpin pertama setelah Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang paling dipercaya. Ia adalah sahabat dekat Nabi, yang selalu mendampingi dalam suka dan duka. Kepemimpinannya diwarnai dengan kedermawanan dan kesetiaan pada ajaran Islam. Namanya disebut dalam Tarawih sebagai khalifah pertama yang patut diteladani.
  • Umar bin Khattab, khalifah kedua, dikenal dengan ketegasan dan keberaniannya. Ia adalah pemimpin yang ditakuti setan karena keteguhannya dalam menegakkan syariat. Umar juga dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, selalu memastikan keadilan ditegakkan. Namanya disebut sebagai khalifah kedua yang menjadi idola umat.
  • Utsman bin Affan, khalifah ketiga, adalah sosok yang lembut hati dan dermawan. Ia memimpin dengan kesungguhan, bukan pencitraan. Utsman dikenal sebagai pemimpin yang tunduk pada ajaran Islam dan selalu berusaha memakmurkan umat. Namanya disebut sebagai khalifah ketiga yang manis dalam kepemimpinannya.
  • Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat, adalah sosok yang luas ilmunya dan berani dalam pemikiran. Ia adalah menantu Rasulullah SAW dan salah satu orang yang pertama memeluk Islam. Ali dikenal sebagai “pintu kebaikan” dan pemimpin yang selalu berusaha menegakkan kebenaran. Namanya disebut sebagai khalifah keempat yang megabintang dalam kepemimpinan.

Pemimpin Sejati: Teladan Abadi

Pemimpin sejati bukanlah mereka yang hanya berkuasa secara duniawi, tetapi mereka yang meninggalkan warisan spiritual dan keteladanan. Mereka adalah pemimpin yang namanya tetap hidup dalam doa dan dzikir, bahkan ratusan tahun setelah wafatnya. Mereka adalah pemimpin yang tak hanya memikirkan kekuasaan, tetapi juga kebahagiaan umat di dunia dan akhirat.

Di bulan Ramadhan ini, mari kita renungkan: siapa pemimpin yang layak kita teladani? Apakah pemimpin dunia yang kekuasaannya fana, atau pemimpin spiritual yang namanya abadi dalam doa? Mari kita belajar dari Khulafaur Rasyidin, yang kepemimpinannya tak hanya menginspirasi di masanya, tetapi juga menjadi teladan abadi bagi umat manusia.

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan kepemimpinan sejati. Sebab, pemimpin yang tak disebut di Tarawih adalah pemimpin yang tak meninggalkan jejak spiritual. Sedangkan pemimpin sejati, seperti Khulafaur Rasyidin, namanya akan selalu hidup dalam hati umat, bahkan hingga akhir zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *