Pelajaran Abadi dari Keluarga Ibrahim AS

“Dari Darurat Kenakalan Remaja Menuju Solusi Pendidikan Islami” Refleksi Idul Adha 1446 H
Oleh: Abam Aljawani
(Muaramesuji.com) Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Kenakalan remaja kian merajalela. Data KPAI 2024 mencatat, lebih dari 15.000 kasus remaja terlibat kriminalitas: tawuran pelajar naik 23%, perundungan meningkat 35%, dan penyalahgunaan narkoba di kalangan usia sekolah makin masif. Belum lagi budaya “flexing” di media sosial yang menyulut gaya hidup hedon dan nihil makna.
Berbagai daerah bereaksi. Bandung, Tasikmalaya, dan Sumedang mencoba terapi kejut: pendidikan barak militer bagi remaja bermasalah. Meski menuai pro-kontra, ini menjadi alarm keras bahwa darurat remaja bukan isapan jempol belaka.
Tapi…
Apakah pendekatan fisik semata cukup untuk membentuk jiwa remaja yang utuh dan matang?
🔍 Akar Masalah
Pendidikan yang Gagal Menjadikan Anak Aqil Baligh
Dalam pandangan Islam, remaja bermasalah bukan sekadar “nakal” atau “liar”. Ini bukti kegagalan sistemik: keluarga, sekolah, masyarakat, hingga negara—gagal menyiapkan anak sebagai pribadi aqil baligh: matang secara akal dan dewasa dalam iman.
Hari ini, anak-anak hanya tumbuh secara biologis (baligh), tapi mental-spiritual mereka tetap kanak-kanak (ghairu aqil). Mereka tak paham arah hidup, tak kenal tanggung jawab syariat. Hanya mengejar kesenangan sesaat, dan tak punya nilai hidup yang luhur.
Empat simpul kegagalan ini saling menguatkan:
- Keluarga kehilangan peran sebagai madrasah ula. Orang tua lebih sibuk memenuhi materi, tapi abai pada tauhid dan adab.
- kolah terjebak pada target akademis, mengabaikan pembinaan ruhani dan karakter Islam.
- Lingkungan sosial permisif, tanpa kontrol moral—bahkan media sosial jadi “guru utama”.
- lemahnya dalam menegakkan sistem pendidikan yang utuh dan bernilai.perlunya peran Negara yang tegas dan Kuat
🛠 Solusi Islam dengan Pendidikan Kaffah yang Menjadi Pilar Peradaban
Islam tidak membiarkan masalah generasi ini mengambang tanpa solusi. Justru, Islam menyediakan sistem pendidikan utuh, solutif, dan tuntas, mencakup empat pilar:
- 👨👩👧 Keluarga sebagai Madrasah Pertama
Orang tua wajib mendidik tauhid, akhlak, tanggung jawab. Bukan hanya kasih sayang, tapi juga bimbingan syariat.
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(QS At-Tahrim: 6)
Ayat ini adalah mandat bagi semua ayah dan ibu untuk menjadi guru sejati bagi anak-anaknya.
- 🏫 Sekolah dengan Kurikulum Aqil Baligh dan Pendekatan Remagogi
Sekolah wajib mendidik kepribadian Islam, bukan sekadar cerdas akademik. Kurikulum “aqil baligh” menjadikan anak siap menjadi mukallaf: sadar akan amanah hidupnya sebagai abidullah dan khalifatullah.
Pendekatan remagogi adalah jawaban atas krisis remaja hari ini
Menumbuhkan tanggung jawab.
Menstimulus kematangan akal.
Membimbing fitrah agar terarah.
Menggiring kedewasaan secara terstruktur.
- 🌱 Lingkungan Sosial Islami
Masjid, majelis ilmu, komunitas dakwah harus menjadi pilar moral publik. Budaya amar makruf nahi mungkar perlu dihidupkan kembali di kampung, sekolah, dan ruang digital. - 🏛 Negara sebagai Penyelenggara Sistem Pendidikan Islami
Negara wajib hadir sebagai pelindung dan pengarah generasi.
“Pemimpin adalah pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Negara tidak boleh hanya menjadi regulator. Ia harus menyelenggarakan pendidikan gratis, berkualitas, dan berbasis aqidah Islam, agar setiap anak lahir sebagai pemimpin, bukan korban zaman.
🕋 Idul Adha dan Teladan Pendidikan dari Keluarga Ibrahim AS
Idul Adha bukan hanya kisah sembelih kambing—tapi kisah pembentukan kepribadian tauhid yang ditanam oleh Nabi Ibrahim AS kepada anaknya Ismail AS. Lihatlah dialog agung mereka:
“Wahai anakku! Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu.”
Ismail menjawab, “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah. InsyaAllah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”
(QS As-Shaffat: 102)
Jawaban Ismail menunjukkan kedewasaan spiritual yang luar biasa. Ia bukan anak “biasa”. Ia aqil dan baligh. Inilah buah dari sistem pendidikan keluarga berbasis tauhid dan kepemimpinan ruhiyah.
📌 Idul Adha sebagai Titik Balik Pendidikan Generasi
Krisis remaja hari ini tak bisa diselesaikan dengan barak militer semata. Yang dibutuhkan adalah transformasi total dalam sistem pendidikan—berbasis Islam, menyeluruh, dan menyentuh akar persoalan.
Sudah waktunya kita mencontoh keluarga Ibrahim AS—bukan hanya pada momen kurban, tapi dalam konsep pendidikan, kepemimpinan orang tua, dan kebangkitan ruhani generasi.
Mari kita jadikan Idul Adha tahun ini bukan hanya ajang menyembelih hewan, tapi juga momentum menyembelih ego sistem pendidikan sekuler, dan menghidupkan kembali pendidikan Islam yang melahirkan generasi mukmin, cerdas, tangguh, dan siap memimpin dunia.
Allahu Akbar walillahilhamdu.
Wallahu a’lam bish-shawab.