Membangun Proklim Perlu Kerjasama Lintas Pihak

0

Oleh : Bambang Irawan


Esensi gerakan ProKlim adalah semaraknya aksi pengendalian perubahan iklim atau gerakan melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Saat kita fokus pada aksi, maka dinamika pergantian kepemimpinan, bentuk organisasi, sampai perubahan struktur kementerian sampai daerah, tidak akan mengurangi semangat daerah sampai tingkat tapak dalam melakukan aksi lingkungan.

Para pihak yang perlu bergerak bersama “siapa berbuat apa” adalah kelembagaan kuat di tingkat tapak, yang didukung pembinaan dari DLH provinsi/kabupaten/lota dan OPD lainnya, serta didukung oleh perusahaan dengan CSR atau pengembangan pemberdayaan masyarakat dan dukungan dari perguruan tinggi dengan kegiatan pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Didukung pula oleh publikasi media massa untuk memperluas jangkauan informasi dan dukungan lainnya.

Para pihak ini tiap wilayah beda dinamikanya. Ada yang melesat jauh ke depan. Ada pula yang masih stagnan berkutat dengan berbagai macam kendala untuk merajut komunikasi sampai kerjasama atau kolaborasi. Gerakan ini sangat tergantung dari kerja keras DLH provinsi/kabupaten/kota di wilayah masing-masing.

Gerakan paling mendasar adalah bentuk sosialisasi ProKlim dan melayani pendaftaran sampai perjuangan mendapatkan sertifikat/trophy. Gerakan pengembangan berikutnya tergantung improvisasi wilayah, karena punya potensi dan permasalahan yang berbeda. Ketokohan di tingkat tapak, pembina pemerintah dan kontak bersemangat di pendukung perusahaan serta perguruan tinggi juga punya peran vital.

Gerakan dirasa terasa paling lengkap, dengan melibatkan secara nyata bukan saja sekedar nama yang teruang diatas kertas seperti andilnya tokoh-tokoh proklim dan pendampingan dari narasumber atau tenaga pendamping dari Kabupaten serta provinsi. Apalagi wilayah tersebut tidak terlalu luas. Sehingga diharapkan nantinya akan muncul komunitas sahabat ProKlim yang memperkuat pergerakan dan dukungan dari beberapa perusahaan, perguruan tinggi, dan NGO. Narasumber lokal pun sudah sangat eksis. Sehingga desa tersebut secara mandiri sudah tidak perlu pendampingan lagi dari eksternal, karena gerakan di internal sudah menemukan ritme keaktifannya.

Gerakan tersebut perlu keaktifan dan dukungan DLH Kabupaten /kota maupun provinsi dengan dukungan beberapa pihak dengan mencoba membangun kolaborasi dengan beberapa perusahaan dan perguruan tinggi.

Perlu diingat, ada di provinsi yang sangat aktif pun masih menyisakan wilayah kabupaten/kota yang masih berada di tingkat pemula. Bahkan ada wilayah yang dulunya sangat aktif pada periode awal ProKlim, namun saat ini masih butuh motivasi untuk membangkitkan pergerakan. Sehingga dinamika kolaborasi atau kerjasa harus terus dikobarkan di semua lini. Semangat untuk perubahan lingkungan yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *