Launching Program Kemitraan Dengan PT Umas Jaya Agrotama, Petani Singkong Sebut Sistem Distribusinya Ribet

0

MESUJI – Pemerintah Kabupaten Mesuji bersama PT. Umas Jaya Agrotama me-Launching Cassava Partnership program kerjasama budidaya singkong dengan masyarakat (08/06).Bertempat di desa Bukoposo Kecamatan Way Serdang. 

Hadir dalam acara tersebut Pejabat Bupati Mesuji yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Mesuji Syamsudin, Kepala Disnakertrans Najmul Fikri, Kepala Dpmd Anwar Pamuji, Kepala Bappeda Abu Rosyid Istomi, Dirjen PPKT Kemendes PDT Danton Ginting Munthe, Perwakilan dari PT Umas Jaya Agrotama dan seluruh Kades se-Kecamatan Way Serdang.

Dalam sambutanya, Syamsudin menjelaskan tentang keunggulan Program ini.

“Sebelumnya program ini adalah program kemitraan terkait pengembangan pisang cavendish, namun setelah melakukan kajian mendalam tentang kondisi tanah faktor air dan cuaca kami akan menggantikan dengan budidaya singkong,” sebut Syamsudin.

Kedepan masyarakat dapat mengikuti program kemitraan ini agar kesejahteraan juga dapat dirasakan oleh masyarakat sendiri, untuk awal dimulainya program ini akan dilaksanakan tahap pertama sebanyak 4.24 hektar.

Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan kawasan transmigrasi  kementerian Pedesaan dan daerah tertinggal (Kemendes PDT) Ir. Danton Ginting Munthe. M.M menjelaskan.

“Partnership dan CSV merupakan program kemitraan budidaya singkong yang pertama kalinya di Indonesia, baru pertama kali di Mesuji,” jelasnya.

Harapannya kemitraan ini hadir sebagai bentuk dukungan pemerintah pusat terhadap masyarakat dalam bentuk investasi di daerah transmigrasi. tambah Ginting.

Program ini memberikan kepastian harga kepada petani, petani mitra akan mendapat prioritas, Memberikan kepastian pasar, Prioritas terhadap kepastian pupuk bagi mitra dan. Segala sesuatu yang dapat meningkatkan produktivitas petani singkong

Sementara itu, Jaka salah satu peserta dalam Launching Program Cassava mengaku pesimis bahwa program ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengingat sistem yang akan terlalu ribet dan malah akan menambah pusing petani nantinya.

“Saat ini masyarakat hanya membutuhkan solusi konkrit dari pemerintah daerah terkait ketersediaan pupuk dan kestabilan harga yang memadai, meskipun harga sudah ditentukan sebesar Rp.1.350/kg dengan rafaksi 20% namun itu harus dengan masa tanam selama sembilan bulan akan memberatkan, apalagi saat ini di pasaran harga singkong sudah mencapai Rp.1.400/kg, terlebih biasanya kami menanam yang dalam setahun bisa panen dua kali,” sebutnya.

Selain itu, untuk rantai distribusi yang panjang dan keterlibatan BumDes malah hanya menambah pekerjaan rumah nantinya. Sedangkan sampai hari ini BumDes sendiri masih banyak yang carut marut.

Kepala Desa Kejadian Ladikun menambahkan, sistem kemitraan ini sebaiknya dibuat melalui Koperasi, hal itu akan lebih Efisien dan Profesional seperti yang dilakukan oleh PT. Sumber Indah Perkasa (SIP) dalam kemitraan tanaman Kelapa Sawit.

“Sepertinya lebih simple dan bisa diterima masyarakat kalo pengelolaannya secara Bisnis to Bisnis langsung tanpa melibatkan BumDes,” ucap Ladikun.(adi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *