Oleh: Fajar Mesaz
Saya mengenal Penjabat (Pj) Bupati Mesuji, Sulpakar dari beberapa teman pengurus Pemuda Muhammadiyah Mesuji yang aktif sebagai Kepala Sekolah SMA. Mereka bilang, Sulpakar sering berpesan agar jajarannya selalu menjaga sikap setia kawan dan tidak saling ‘makan’ dan hal itu sering diungkapkan hampir di setiap kesempatan dalam kapasitasnya sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.
Dia pemaaf, itu tambah yang saya dengar: dia juga mudah meminta maaf jika merasa melakukan kesalahan bahkan meski pada bawahan sendiri. Sebagai birokrat, dia pejabat Pemprov yang selalu aman atas dinamika pergantian kepemimpinan di Lampung, sampai hari ini.
Sulpakar juga dikenal sebagai ‘spesialis Pj’ –untuk menyebut kalau jabatan semacam itu sudah ia emban lebih dari sekali– yang salah satunya adalah Pj Bupati Mesuji menggantikan Saply TH.
Seorang kolega di lingkup Pemkab mengatakan, sejak kehadirannya, atmosfer aktivitas kantor Pemkab Mesuji kini berubah makin ketat terutama terkait perilaku disiplin dan optimalisasi pelayanan publik, juga kinerja pegawai.
“Pak Bupati selalu datang di awal waktu dan pulang sesuai jam kerja!” ujar sang kolega dengan mimik serius. “Jangan coba-coba datang terlambat kalau ‘nggak mau pening palak’. Sekarang kantor Satker sering disidak.”
Pada akhirnya, saya benar-benar terpancing untuk membayangkan betapa pontang-pantingnya para Aparatur Sipil Negara (ASN) Mesuji yang sudah terbiasa bersantai di dua tahun terkahir sebab hal ini, sedikit banyak, pasti terasa mengejutkan.
Saya juga mulai menjadi rajin mengamati gerakan demi gerakan yang diteguhkan sang Pj. Bupati dan segera merasakan semacam keseriusan. Dalam sebuah perhelatan di kantor KPU Mesuji beberapa pekan lalu, saya bahkan mendengar langsung ucapan yang menyebut kalau APBD Mesuji yang terbilang minim itu akan membutuhkan waktu cukup lama untuk memenuhi target pembangunan infrastruktur yang membentang di tujuh kecamatan. Oleh karena itu, inovasi dan terobosan, mau tidak mau, mesti dilakukan. “Tak ada pilihan,” kata Sulpakar. “Kita harus menjemput anggaran dari pusat dan saya sudah memerintahkan para Kepala Dinas untuk melakukannya. Jangan pulang sebelum bertemu Pak Dirjen!”
Mengunjungi eks dermaga Dipasena di Rawajitu Utara, Sulpakar juga menegaskan kalau ia tak memiliki beban.
“Yang prioritas untuk masyarakat pasti akan dikerjakan,” tegasnya. “Kepentingan saya cuma ingin Mesuji maju. Tak ada kaitan dengan politik!”
Sebagaimana praduga sebagian orang, ia seolah ingin menampik kalau apa yang sedang dilakukan melalui gerakan meretas jalan itu, sesungguhnya, sama sekali bukan kampanye terselubung.
Di sisi pembenahan infrastruktur, gerakan Sulpakar juga tak kalah cepat: dia secara terang-terangan meminta Gubernur Lampung ikut memikirkan infrastruktur Mesuji dan hal itu ia kemukakan di hadapan khalayak dalam pengajian Akbar Ustadz Das’ad Latif di Taman Kehati Mesuji.
“Izin Pak Gubernur. Saya menyampaikan aspirasi dari masyarakat Mesuji termasuk Kapolres, Dandim dan Kajati terkait akses jalan provinsi yang masih kurang baik. Saya berharap dapat diprioritaskan,” kata dia dan atas permintaan itu, Gubernur Arinal lantas menjawab: “Tahun depan, 2023, jalan provinsi yang dimaksudkan akan jadi prioritas!”
Gubernur juga menyinggung soal abrasi di Rawajitu Utara yang akan segera dikoordinasikan dengan Balai Besar Sungai Mesuji Sekampung.
Sulpakar juga bertekad akan menghidupkan kembali dermaga Tanjung Mas Mulia yang pernah dibangun oleh Kementerian Perhubungan sejak 2015 namun hingga kini belum berfungsi. Dia meyakini, jika akses jalan darat menuju dermaga rampung diperbaiki, maka kapal-kapal nelayan akan segera bisa bersandar.
“Dan bila dermaga ini benar-benar ramai, maka kegiatan ekonomi kerakyatan masyarakat sekitar akan ikut menjadi baik,” ujarnya.
Saat berada di Rice Milling Plane (RMP) Wonosari Kecamatan Mesuji Timur, kekecewaan mengepung Sulpakar. Ia tak dapat menyembunyikan kegundahan usia mendapat laporan terkait mutu beras yang diproduksi berkualitas sangat buruk. Pengelola RPM berdalih penyebab semua itu akibat peralatan yang belum maksimal tapi Sulpakar tak bergeming.
“Jangan begitu. Zaman dulu tidak ada alat modern seperti sekarang tapi beras tetap bisa bagus,” ujar dia.
Terkait inovasi dan terobosan dalam mensiasati minimnya dana APBD untuk peningkatan infrastruktur, saya sempat mendapat gambaran agak terang dari Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga (BM) Dinas Pekerjaan Umum (PU) Mesuji, Hendra Oktafandi. Dialah yang ditugaskan berangkat ke Jakarta untuk melakukan komunikasi dengan Kementerian PU dan Bapenas. Hendra harus menyiapkan data ruas jalan yang dipandang mendesak terutama spot-spot di
seputar pasar KTM hingga Tanggul Penangkis berikut lajur balik arah hingga Simpang Selamat Datang, Brabasan, juga beberapa titik krusial lainnya.
“Saya berangkat sendiri,” kata Hendra. “Tapi tetap di bawah pantauan Pak Bupati terutama terkait akses. Mohon doa.”
Begitulah. Sulpakar terus merentas jalan. Menginventarisir satu demi satu kendala dan persoalan yang saat ia terus melakukannya, mimpi kebangkitan terasa semakin dekat.
Semoga.